Fakhriyah, PERJUANGAN MENGGAPAI KESUKSESAN
Aku lahir di Bima 10 Juni 1970, namun saat ini aku tinggal di Bekasi, Jawa Barat dan menjadi guru di salah satu MTs N di Jakarta.
Aku memiliki hobi olah raga, beberapa bidang olah raga aku bisa melakukannya seperti basket, tenis meja, voli, renang dan lain-lainnya.
Selain itu aku juga mantan qori', kebetulan Ayahku seorang qori'. Sejak kecil aku selalu mendengarkan qori'-qori'ah Nasinal yang selalu datang ke rumahku untuk melatih dan belajar tilawah dengan Ayahku untuk memperbaiki nada suara yang indah, dari aku belum kenal huruf hingga bisa membaca Al Qur'an dengan fasih, berkat selalu mendengarkan lantunan Al Qur'an. Sejak SD kelas 3 sudah mengikuti MTQ baik dari tingkat Desa, Kecamatan maupun tingkat Kabupaten, bahkan kelas 5 SD sudah mengikuti tingkat Propinsi NTB walaupun belum meraih juara.
Saat Tsanawiyah diasah dan terus dilatih oleh orang tua dengan harapan meraih prestasi yang lebih bagus lagi. Pada saat Tsanawiyah kelas 2 aku mengikuti tingkat Propinsi NTB yang diadakan di Bima, walaupun hanya juara harapan, aku bangga berada di posisi itu. Aku ikut ditingkat Remaja.
Namanya juga masih anak-anak, bermain sama teman setelah pulang sekolah itu pasti, hobinya bermain ke sungai yang deras alirannya sampai sore, apalagi sungainya abis kena banjir, semakin senang bermain disana, karena keseringan main di sungai yang airnya deras, akhirnya aku bisa berenang. Bermain sambil ngerujak dibawa pohon rindang, sesekali naik pohon loncat ke sungai, alangkah indahnya saat itu berkumpul dan bermain sama teman sampai sore, pulang -pulang di omelin ibu he he he.
Saat sekolah PGA pun tetap mengikuti MTQ bahkan perguruan tinggi antar remaja mesjid. Setelah selesai kuliah tahun 1994, dipertengahan tahun 1995-1996 menjadi guru honorer pada MAN 1 Dompu, tepatnya di Kandai II dan mencoba ikut tes PNS namun belum berhasil. Pada tahun 1996 mencoba mengikuti lagi dan Alhamdulillah lulus.
Masya Allah, pengorbanan untuk kelengkapan administrasi sebagai calon pegawai negeri sipil sangat luar biasa, jauhnya perjalanan dari daerahku ke propinsi memerlukan waktu1 hari, perjalanan malam dengan bus, tiba besok pagi di Kanwil Departemen Agama Prop. NTB, untuk melengkapi syarat-syarat menjadi CPNS, dan jika belum lengkap harus di antar kerumah bagian kepegawaian, malam hari lewatin sawah, lorong, gang kecil butuh tenaga yang prima, diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan, bolak balik dari daerahku ke propinsi aku tidak merasakan kelelahan, saat itu bertepatan bulan ramadhan. Aku tidak merasakan haus lapar sedikitpun, kunikmati perjalanan jauhku, semoga Allah ridho. Setelah selesai semua, masih ada yang terakhir yang wajib diselesaikan yaitu mengantarkan surat khusus yang dinamakan sampul D.
Dari propinsi aku harus kembali ke daerah nenekku yaitu ujung Timur pulau Sumbawa, tepatnya di kecamatan Sape Kabupaten Bima, tempat kelahiran ke dua orang tuaku. Besok malam aku harus kembali lagi ke propinsi untuk menyampaikan surat rahasia tersebut.
Beberapa bulan kemudian tepatnya bulan Desember 1997 datang surat panggilan untuk mengikuti Prajabatan selama 1 bulan penuh, kegiatan ini dilaksaanakan di wisma Paradiso Lombok Barat. Sebagai instruktur kegiatan dibimbing langsung oleh ABRI , kami dilatih kedisiplinan, tanggung jawab, tenggang rasa, baris berbaris, belajar sabar, kuat fisik dan mental sebagai bekal kedepannya.
Mulai Pelatihan di akhir 1997 sampai awal 1998, kami dibekali ilmu dari pagi sampai malam, dan tiada hari tanpa olah raga, baik di siang maupun malam hari, Jam 1 malam dan waktu lain yang tidak ditentukan dibunyikan sirine pertanda kami harus segera bangun dengan pakaian yang sudah rapi. jika tidak kamipun di suruh push up, dibentak, dimarahi bahkan harus naik pohon membunyikan suara ayam berkokok, semua kena denda. Pernah dihukum semua gara-gara aku tidak sengaja membeli minum, rasa hausku tidak terbendung karena baru pulang dari olah raga siang lantas saya beli minuman dan sudah diijinkan boleh beli minum. Tak lama kemudian belum sempat dua teguk aku minum tiba-tiba bunyi pluit berkali-kali, semua bertanya ada apa, siapa yang bersalah, lalu disuruh berbaris kembali dengan pakaian lengkap. Sambil marah-marah, ABRIpun berkata : kalian tau apa kesalahan kalian ? siapa yang menyuruh kalian beli minum, dengan wajah memerah, belum apa -apa sudah berani melawan, tidak disiplin, sudah melanggar aturan. Kamipun terdiam berdiri tegap sambil berbaris rapi. Tanpa menyebut nama, langsung mengatakan bahwa tadi ada teman kalian yang beli minum, makanya sekarang juga silahkan lari lagi keluar sana sesuai yang kita lakukan tadi. Teman-teman sambil bergumam, baru saja istirahat, malah olah raga lagi. Jam 1 siangpun kami harus lari beberapa kilo dan menyusuri kali, got, membajak sawah dengan cara berguling-guling. Waktu belajarnya pagi dan malam hari. ketika pelatihan diluar Wisma dan makan siangpun ditempat itu, makan diawasi, dihitung menit dan detiknya sampai ada yang muntah karena keselek, begitu juga saat belajar dirungan, kadang dipanggil kedepan, melatih berbicara melatih mental,dan saat instruktur memberi soal, jawabannya tidak sesuai, saat itulah mereka sengaja omel-omelin, dia soraki, teman-temanpun ikut menyoraki, menertawai, memarahi.
Tak disangka ternyata Bapak ABRI sedang menguji mental kami dan mendidik menjadi pegawai yang kuat. Itulah yang kami lakukan selama sebulan penuh, berjalan dengan penuh perjuangan mental dan fisik, semoga Bapak ABRI yang mendidik kami kala itu sukses dan sehat selalu sampai saat ini.
Saat pertama masuk pendidikan badan yang laki-laki masih pada lemas belum berotot, begitu selesai pendidikan badannya seperti bapak ABRI. Akhirnya Pelatihanpun berakhir dimalam penutupan, saling bermaafan, bergembira ria, bernyanyi dan berpelukan dengan Bapak ABRI. Terima kasih Pak ABRI, sudah mendidik kami menjad pegawai yang kuat, taat aturan, disiplin dan penuh rasa tanggung jawab, semoga kalian sehat selalu dan Allah ridhoi,Aamiin....